Hari Pertama Class Meeting: Lomba Bilal Khutbah dan MC Acara

Sabtu (16/12/2023), class meeting bertema “Membumikan Tradisi Islam Nusantara” hari pertama mengagendakan Kompetisi Bilal Khotbah Jumat untuk siswa putra. Menurut panitia Amang Philips Dayeng P, S.Sos., masing-masing kelas minimal mendelegasikan dua peserta. Ustadz Kyai Amang yang oleh tetangga-tetangganya dipanggil demikian menuturkan bahwa peserta didik di jenjang menengah pertama (tsanawiyah) perlu dicobakan unjuk keberanian untuk menjadi bilal khotbah, dan dari itu semoga regenerasi sosok bilal tidak terputus akibat arus modernisasi.

Ditunjuk sebagai dewan penilai, yaitu Waka Kurikulum Husen, S.Pd.I dan M. Said Fadhori, S.Pd.I. Panitia menilai keduanya mampu memberikan masukan-masukan kepada peserta agar dapat mengembangkan kemampuannya dan hasil rekomendasi dapat diteruskan kepada pihak pesantren. “Meskipun masih jauh dari kesempurnaan, tapi yang ditampilkan anak-anak ini sudah sesuai dengan tata aturan seorang bilal. Sebelum acara tadi saya berekspektasi mereka ini mengenakan sarung tapi ternyata masih berseragam seperti biasanya”, tanggapan Ustadz Said saat dimintai komentar.

Baca Juga

PEMBUKAAN CLASS MEETING TP.2023-2024 SEMESTER GANJIL: MEMBUMIKAN TRADISI ISLAM NUSANTARA

Pada siswi putri, kompetisi master of ceremony berlangsung meriah. Jika kompetisi bilal khotbah terkesan kaku karena tanpa penonton (hanya ada panitia dan juri dalam satu ruangan), berkebalikan dengan kompetisi “mencari MC” yang memperbolehkan sejumlah perwakilan kelas untuk menonton dan mendukung temannya sedang unjuk bakat.

Dilakukan demikian, karena panitia atas permintaan penilai ingin melihat sejauh mana mental peserta dihadapan sorak-sorai penonton. Peserta juga diperbolehkan memakai baju bebas rapi sesuai adab pesantren agar dapat menjiwai perannya. Penilai yang terdiri dari Waka Kesiswaan Zainul Arifin, S.H dan Soleh, S.Pd diharapkan mampu memberikan saran-kritik untuk peningkatan kompetensi peserta dalam hal menjadi seorang master of ceremony.

Namun, panitia yang mengalokasikan maksimal 2 peserta tiap kelas gagal terwujud, masing-masing kelas hanya dapat mendelegasikan seorang peserta. Meskipun demikian, kegiatan ini terbilang meriah dan menarik siswi-siswi MA turut pula menonton di aula putri lantai dua.

Leave a Reply