Ahad (17/12/2023), hari kedua class meeting sejumlah peserta baik siswa putra maupun putri kini mulai terkondisikan persiapannya setelah mengikuti kompetisi di hari pertama. Untuk kali ini, setiap kelas yang mendelegasikan perwakilannya akan menunjukkan kefasihannya dalam kompetisi Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ) untuk siswi putri dan hafalan tahlil untuk siswa putra.
Pada MFQ, tim penilai yang ditunjuk adalah Bakiruddin, S.H dan Abdul Wafi H, S.H. Keduanya tenaga kependidikan MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid yang pernah berkompetisi di bidang yang sama dengan sistem seleksi dari tingkat kecamatan hingga mampu bersaing di tingkat nasional. Pengalaman itu diharapkan oleh Kepala Madrasah Sahroni, S.Pd.I., M.Pd dapat membantu anak didiknya berproses serupa sehingga kelak dapat berprestasi di tingkat nasional, “Ustadz Bakir dan Ustadz Wafi ini pernah menjuarai MFQ hingga tingkat nasional, jadi secara khusus saya minta kepada panitia untuk menjadikan keduanya juri. Saya percaya pengalaman orang lain juga merupakan guru terbaik, mereka nanti tidak sekedar memberikan penilaian tetapi juga memberikan bekal untuk para peserta”.
Baca Juga
HARI PERTAMA CLASS MEETING: MENCARI BILAL KHOTBAH DAN MC ACARA
Suasana di aula gedung putri masih meriah seperti halnya di hari pertama, sorakan dan tepuk tangan penonton nyatanya mampu memberikan tantangan mental bagi peserta yang mengharuskannya memberikan performa terbaik.
Beralih di laboratorium komputer untuk siswa putra yang dijadikan spot kompetisi hafalan tahlil, dipandu Hamzah Maulana R, S.H selaku panitia mempersilakan peserta secara bergiliran menunjukkan hafalan tahlilnya. Soleh, S.Pd dan Wiwin Sugianto, S.Pd ditunjuk menjadi juri karena kefasihannya melafalkan tahlil.
Setting masih seperti hari pertama yang kaku tanpa penonton sengaja dibuat agar peserta dapat fokus. Dengan model peer to peer antara peserta dan juri tentunya memberi kesan mengekang pada peserta sehingga unsur paksaan itu diharapkan menciptakan motivasi “mengerahkan semua kemampuan yang dimiliki (all out)”.
Dresscode peserta putra ada yang bersarung juga ada pula yang berseragam, bebas saja tapi memberikan pengaruh dalam penilaian. Pada peserta putri, semuanya kompak tidak berseragam sekolah tetapi menggunakan baju bebas rapi sesuai adab pesantren. Bahkan ada 2 kelompok yang memakai dresscode seragam baik warna baju maupun warna kerudung, lainnya hanya menggunakan warna kerudung yang sama dan model aksesoris yang sama termasuk para pendukung yang menyemangati turut menggunakan aksesoris serupa.