Dua Narasumber Sampaikan Materi Kesetaraan dan Budaya PHBS (MATSAMA Hari Kelima)

Selama empat hari sejak pembukaan MATSAMA, sudah ada empat materi yang diberikan kepada peserta didik baru putra yang jumlahnya mencapai 240 orang Empat materi tersebut adalah : Kemadrasahan dan Program Ekstrakurikuler, Anti Diskriminasi dan Bullying, Wawasan Kebangsaan dan Penguatan Moderasi Beragama.

Rabu, (14/07/21) merupakan hari kelima pelaksanaan MATSAMA yang akan ditutup besok hari. Di hari kelima tersebut, dua orang narasumber dihadirkan untuk menyampaikan dua materi yang berbeda. Kedua narasumber tersebut adalah M. Aminuddin Sofi, M.H. Dosen STISMU Lumajang. Sekretaris komite MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid ini menyampaikan materi tentang Kesetaraan dan Harmoni Sosial.

Mengawali Pria yang belum mengakhiri masa lajangnya ini mengatakan bahwa stratifikasi sosial muncul dengan sendirinya sebagai akibat dari proses yang terjadi dalam masyarakat. Faktor-faktor penyebabnya adalah kemampuan atau kepandaian, umur, fisik, jenis kelamin, sifat keaslian keanggotaan masyarakat, dan harta benda.

Dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat disebabkan adanya sesuatu yang dihargai lebih : Kekayaan, Kekuasaan, Keturunan, Pendidikan, Status atau kedudukan, dan Peran (role).

Dalam kenyataannya orang tidak memiliki kemampuan yang sama. Ada yang mampu membayar sekolah yang mahal ada yang tidak. Akibatnya, penghargaan yang diberikan masyarakatpun akan berbeda-beda. Perbedaan seperti ini akan mempengaruhi gaya hidup (life style) yakni, pakaian, rumah dan perabot, bahasa dan gaya bicara, makanan, gelar, pangkat, atau jabatan, serta hobi dan kegemaran.

Alumnus Pascasarjana UIN Maliki Malang menjelaskan bahwa pesantren merupakan tempat yang sangat tepat dan telah memberlakukan kesetaraan kepada para santrinya. Tidak ada stratifikasi di pesantren. Tidak ada yang diistimewakan. Tidak ada yang mendapatkan perhatian khusus. Semua santri dari berbagai wilayah di Indonesia, beragam suku, adat dan budaya, smuanya diberlakukan sama. Memiliki kewajiban yang sama dan memiliki tujuan yang sama yaitu berikhtiar menjadi orang yang baik dan menjadi orang yang bermafaat bagi orang lain dengan menuntut ilmu sebanyak mungkin.

Dalam konteks yang lebih luas, manusia khususnya rakyat Indonesia memiliki kesetaraan : Kesetaraan hukum, Kesetaraan politik, Kesetaraan sosial, Kesetaraan ekonomi
dan Kesetaraan moral.

MATERI PHBS

Sedangkan narasumber kedua adalah Aldi Firmansyah Ketua Poskestren Miftahul Ulum dengan materi Mewujudkan Budaya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Penyampain materi PHBS menjadi sangat penting untuk membekali para siswa baru agar dapat meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku para siswa, pengurus dan pengajar di lingkungan madrasah dam pondok pesantren khususnya terhadap program kesehatan lingkungan dan gaya hidup sehat.

Menurut Firman ada 18 indikator PHBS di madrasah dan pondok pesantren antara lain :

  1. Kebersihan Perorangan (badan, pakaian dan kuku).
  2. Penggunaan air bersih
  3. Kebersihan tempat wudhu
  4. Penggunaan jamban sehat
  5. Kebersihan asrama
  6. Kepadatan penghuni asrama
  7. Kebersihan ruang belajar
  8. Kebersihan halaman
  9. Adanya kader Poskestren/santri husada
  10. Adanya Kader Poskestren terlatih
  11. Kegiatan kader Poskestren
  12. Bak penampungan air bebas jentik
  13. Penggunaan garam beryodium
  14. Makanan bergizi seimbang
  15. Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan
  16. Gaya hidup tidak merokok
  17. Gaya hidup sadar AIDS
  18. Peserta JPKM atau asuransi kesehatan lainnya

Leave a Reply