Karya : Fitroh Nuaraini *)
3 tahun silam, gadis kecil berusia 10 tahun telah kehilangan satu orang tuanya, ia di tinggal oleh orang yang telah melahirkan.nya, Nana namanya.
Nana adalah anak dari seorang juragan yg kaya raya di kota, Nana hanya tinggal bertiga dengan ayah dan juga neneknya ia adalah anak yang cerdas dan berprestasi di sekolah.nya, sekarang ia duduk di kelas 4 SD. di usia yang sekarang ini ia sudah tumbuh menjadi anak yang baik juga sopan, terutama patuh kepada ayahnya, ayahnya yang selalu menasehati dengan benar dan sangat sayang kepada Nana.
Pak Hendra namanya, begitu juga dengan neneknya yang biasa Nana panggil Nenek ita, juga sangat sayang kepada Nana, namun setelah 4 tahun dari kepergian ibunya, ayahnya memilih untuk menikah lagi, dan Nana menyetujuinya, Nana kedatangan ibu barunya yang Nana panggil Mama Jihan, di sisi itu Mama Jihan juga seorang janda anak 1 Dara nama anak saudara tirinya, yang mana Dara lebih tua dari Nana, Nana berusia 10 Tahun sedangkan Dara berusia 12 Tahun, mereka hanya selisih 2 tahun, namun kedengkian Dara kepada Nana yang membuat Nana tak lagi di sayang oleh ayahnya.
***
Pagi itu jarum panjang menunjukkan angka 6 seperti biasa Nana dan Dara menyiapkan bekal untuk berangkat ke sekolah, Nenek ita juga membantu menyiapkan bekal mereka, sedangkan Mama Jihan membereskan berkas suaminya, (P. Hendra) yang akan pergi ke kantor bersama Nana dan dara, tapi entah kenapa mungkin karena Dara benci terhadap Nana, Dara pun membuat ulah dan menyalahkan Nana yang tidak tau apa apa. ” Pyaaar . . . ” Bunyi piring pecah yang terdengar sangat nyaring di telinganya, Mama Jihan segera menghampiri ke dapur ” Ada apa ini ? ” Nana, Dara . . . ??? sentak Mama Jihan ” Ini. . . Maaa . . . Nana . . . Pecahin piring, mana piring mahal lagi !!! Sahut Dara menuduh Nana yang sedang memasukkan kotak bekal ke dalam tasnya, ” Bukan aku ma… kak Dara yg ngejatohin ” Seru nona polos, Mama Jihan marah besar kepada Nana, ” Dasar ceroboh kamu ya . . . ” Kata Mama Jihan menyentak sambil menunjukkan jari telunjuk.nya di depan wajah Nana, lalu P.
Hendra menghampiri mereka karena terdengar mereka ribut. ” Ada apa ini . . . ??? ” Tanya P. Hendra santai, ” Ini paa… Nana mecahin piring . . . kan dia ceroboh…!!! kata Dara mengadu kepada papa.nya dan terus menyalahkan Nana, Nana hanya terdiam seakan tak mau melawan papa.nya dan akhirnya Nana pun mengalah, menyalahkan dirinya yang tak bersalah sama sekali ” Yaudah . . . karena kecerobohan kamu… Uang saku papa kurangi . . . kata P. Hendra ” Tapi paaa . . . ?? sahut Nana, ” Gak perlu tapi . . . tapian . . . pokoknya uang saku.nya saya kurangi ” Jawab P. Hendra, Nana pun menganggukkan kepalanya dan langsung pergi ke sekolah bersama, Nana berfikir uang saku yang di kurangi tak berat baginya, Nana mengalah dari pada harus menjadi masalah.
***
Kriiing . . . Kriiing . . . Kriiing . . .
Bel sekolah berbunyi, Nana dan Dara masuk kelasnya Masing-masing, dan mengikuti pelajaran, di setiap harinya di sekolah Nana dan Dara tidak pernah bertegur sapa, Dara bergaul dengan teman seusianya, dan hampir setiap hari Dara dan teman-temannya mem-bully Nana. di waktu Nana makan bekalnya di kantin namun Nana hanya diam dia tak ingin membantah apalagi melawan Dara, Dara selalu banyak ngemil di kantin dan sering membuang bekal dari rumahnya, sedangkan Nana yang amat irit dan jarang sekali memberi makan makanan di kantin sekolah, Nana gemar menabung sehingga membuat Dara iri, ” Heeeh . . . Ellu… Nana mana uang sakumu . . . ? ” kata Dara sinis ” Uang . . . Sakuku kan di kurangi . . . ” Sahut Nana tersenyum. ” Hallaaaah . . . ” kata Dara sambil merampas uang Nana yg ada di sakunya, Dara mengambil sisa uang saku Nana, seketika itu Nana mulai meneteskan air mata.
Jam pulang sekolah telah tiba, mereka di jemput oleh papanya P. Hendra, merekapun masuk ke dalam mobil dan langsung pulang. ” Kak . . . Tadi uang saku Nana kakak gunakan buat apa? ” tanya Nana ketika di dalam mobil, Dara hanya melirik kepada Nana, tanpa menjawab pertanyaan Nana.
***
Sesampainya di rumah Dara langsung memeluk Mama Jihan sambil berkata ” Ma . . . Tadi Nana ambil uang saku aku . . . !!! ” kata Dara mengadu, dan menuduh Nana, ” Oh . . . Iya… yg bener Nana . . . Nana . . . ??? teriak Mama Jihan memanggil Nana yg ada di dalam kamar, ” Iya . . . Ma . . . ada apa, kok panggil Nana? sahut Nana di hadapan Mama Jihan, ” Kenapa kamu ambil uang saku kakakmu? Oooh . . . apa karena uang sakumu di kurangi ya? ” Bentak Mama Jihan melotot, ” Aku gak ngambil ma . . . Kak Dara yang ngambil uang sakuku . . . ” sahut Nana sedih, ” Haalaaaah . . . Jangan bohong kamu ya . . . ” Bentak Dara sambil mendorong Nana, ” Ada apa lagi ini . . . ??? Tanya P. Hendra keluar dari ruang kerjanya ” Ini Pa . . . Kelakuan anakmu si Nana . . . !!! Kata Mama Jihan, ” Kenapaa Nana? sahut P. Hendra sabar, ” Uangku di ambil Nana pa . . . !!! Jawab Dara, Pura-pura sedih, ” Nggak paa . . . Beneran Nana gak ngambil ” Sahut Nana sambil memeluk erat P. Hendra, karena rumah terdengar ramai akhirnya nenek pun keluar dari kamarnya, ” Ada apa ini ada apa? Tanya nenek ita, P. Hendra pun menjelaskannya kepada nenek ita. ” Yaudah, hari ini Nana tidak boleh main, Nana harus tetep ada di dalam kamar, Nana papa hukum. ” Kata P. Hendra tegasnya ” Tapi pa . . . Bukan Nana . . . ” sahut Nana sambil menangis, tanpa banyak membantah Nana pun masuk ke dalam kamarnya dan menangis, ketika waktu jam makan, nenek ita mengantarkan makanan ke kamar Nana, ” Nana . . . Ayo makan dulu naaak . . . !!! ” Kata nenek ita sambil membawa satu piring berisi nasi dan satu gelas air, nenek ita masuk kedalam kamar Nana, lalu menyuapi Nana ” Kok… Bisa kamu ambil uang saku kak Dara? Tanya nenek ita ” Bukan Nana nek, tapi kak Dara yang ambil uang saku Nana ” Sahut Nana sedih, nenek ita pun mempercayainya dan berusaha menenangkan Nana yang menangis sedih.
***
Di hari minggu, hari libur sekolah Nana sedang belajar di kamarnya, sedangkan Dara asyik – asyikkan main handphone nya di ruang keluarga ” Dara . . . Lebih baik kamu belajar dari pada main handphone terus, contoh adiknya dong Nana . . . !!! ” Tegur Mama Jihan lembut, ” Iihh . . . Mama… Nana lagi Nana lagi kenapa siiih, Dara selalu di banding bandingkan sama Nana yang sok pinter itu? ” Sahut Dara menyentak, lalu Dara pun langsung pergi ke kamarnya, ” Sebel . . . Gara-gara si Nana . . . ” Kata Dara gumam, seketika itu Dara membuka pintu ” Heeeh . . . Nana… Sok sok.an belajar kamu ya?? Sentak Dara melotot sambil menutup buku – buku Nana yang ada di meja belajar, ” Eeeh Kakak emang kenapa? Kakak mau belajar bareng sama Nana..? Tanya Nana halus, ” Haaah . . . Gausah sok baik kamu ya . . . !!! Balas Dara, Dara pun langsung pergi meninggalkan Nana, dan Nana pun kembali belajar. Sore pun tiba, P. Hendra berencana tamasya ke rumah makan guna mencari pengalaman di sana, P. Hendra, Mama Jihan, nenek ita, Dara dan Nana pun berangkat, tak lama di perjalanan, mereka pun sampai di tempat tujuan, mereka pun makan dan bersenang-senang, di pertengahan makan Dara jail kepada Nana, Dara sengaja merobohkan meja yang ada di sana dan membuat kekacauan para pelanggan yg sedang makan di sana, dengan kedengkian Dara kepada Nana, Dara menuduh Nana dan membuat Mama Jihan, P. Hendra, nene ita, marah besar.
” Pyaaar . . . Praaang . . . Teeng . . . Bunyi robohan bangku, juga pecahan piring, ” Astaga . . . ” Nana kaget, Dara pura-pura, Mama, P. Hendra, dan juga nenek ita seketika itu kaget dan langsung berdiri, begitupun para pelanggan kaget, ” Nana . . . Dara . . . ” Bentak P. Hendra. ” Bukan pa. . . Nana yang ngerobohin ” Seketika itu mereka marah besar kepada Nana, begitupun P. Hendra yang langsung memarahi Nana yang tak salah apa apa . . . P. Hendra meminta karyawan membersihkan dan mengganti kerusakan di sana ” Nana berapa kali kamu berbuat ulah ” Sentak P. Hendra melotot dengan raut muka kesal dan kecewa, ” Maaf . . . Pa . . . Tapi bener bukan Nana . . . Pa . . . Tapi kak Dara ” Kata Nana menangis sambil memegang tangan P. Hendra. ” Dara hanya tersenyum, melihat Nana yang sedang di marahi oleh P. Hendra seketika itu P. Hendra marah besar kepada Nana, dan tidak percaya lagi kepada Nana karena telah berbohong, yang padahal hanya karena fitnah dan kedengkian Dara kepada Nana.
*) Siswi Kelas 9 MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid
One Reply to “Bukan Nana – Cerpen”