Oleh : Sahroni, S.Pd.I., M.Pd *)
Al-Kisah, seorang kakek tua tinggal bersama dengan cucunya di bawah lereng gunung. Cuaca yang sejuk dan pemandangan yang alami, jauh dari pusat keramaian dan hiruk pikuk politik membuat mereka berdua hidup tenang, damai dan nyaman.
Setiap hari, setelah melakukan rutinitas hariannya sang kakek menghabiskan waktunya membaca Al-Qur’an. Bahkan dalam setiap aktivitasnya, kakek ini selalu membaca al-qur’an. Hingga di saat masak makanan pun membaca al-qur’an.
Berkat keteladanan ini, sang cucu pun berusaha untuk selalu mengikuti kebiasaan sang kakek dalam kesehariannya.
Suatu hari, ketika kakeknya sedang berada di dapur, sang cucu bertanya kepada sang kakek :
“Wahai kakek… Sungguh saya telah berusaha untuk meniru dan mengikuti semua kebiasaan-kebiasaan kakek terutama membaca Al-qur’an. Hanya saja ketika saya membacanya, saya banyak tidak mengerti arti dan kandungannya. Di saat saya faham pun, saya mudah lupa kek. Seakan-akan saya mendapatkan apa-apa dari bacaan Al-qur’an ini. Lalu apa sih kek faidah membaca Al-qur’an….???? “
Sang kakek kemudian meletakkan beberapa arang ke dalam tungku. Lalu menoleh kearah cucunya dengan penuh kasih sayang dan kesabaran seraya berkata:
“Wahai cucuku…Bawalah keranjang arang (sampah) yang kosong ini ke sungai. Lalu penuhilah keranjang ini dengan air dan bawalah ke sini.”
Sang cucu pun langsung bergegas ke sungai untuk melaksanakan perintah sang kakek. Namun sebelum sampai ke rumah, keranjang sampah itu kosong tanpa air. Airnya berjatuhan di tengah jalan karena keranjangnya bocor.
Sang kakek pun tersenyum sambil berkata :
” Wahai cucuku…kalau ingin berhasil, kamu harus lebih cepat lagi berlari agar airnya tidak sampai habis di jalan.”
Sang cucu pun kemudian kembali lagi ke sungai dan berusaha mengikuti perintah sang kakek. Namun usahanya sia-sia. Sebelum dia sampai ke rumah keranjang pun kosong tanpa air. Begitu seterusnya hingga tiga kali.
Sang cucu kemudian marah dan berkata kepada sang kakek :
“Sungguh mustahil saya bisa melakukan perintah kakek. Sekarang saya akan ambil air ke sungai dengan timba, sehingga saya bisa membawa air ke rumah.”
“Tidak cucuku. Kakek tidak memintamu mengambil air dengan timba tetapi dengan keranjang ini, agar kamu mengerahkan segala upaya dan tenagamu secara maksimal.” jawab sang kakek
Kemudian sang kakek mengajak cucu kesayangannya tersebut ke sungai sambil membawa keranjang sampah tersebut untuk memberikan pelajaran dari pekerjaan tersebut.
Namun sang cucu tetap berkeyakinan bahwa pekerjaan ini adalah pekerjaan mustahil dan ingin menunjukkan bahwa pekerjaan ini tidak mungkin dilakukan. Tanpa basa-basi sang cucu pun memenuhi keranjang dengan air. Lalu dia berlari sekuat tenaga membawa keranjangnya kepada sang kakek.
Dengan nafas yang terengah-engah, sang cucu berkata :
“Wahai kakekku… Bukankah kau sudah melihat sendiri bahwa pekerjaan ini tidak mungkin dan tidak ada gunanya? “
Sang kakek kemudian berkata:
“Cucuku apakah kau mengira bahwa pekerjaanmu ini sia-sia? Kemarilah wahai cucuku…lihatlah keranjang ini. Bukankah ketika pertama kali kau bawa keranjang ini awalnya kotor dengan arang dan sampah? Tapi coba kau lihat sekarang bagaimana keranjang ini sekarang?”
“Sangat bersih kek” jawab si cucu
“Begitu juga dengan membaca Al-qur’an wahai cucuku. Walaupun kau tidak mengerti arti kandungannya, atau kau sudah mengerti lalu kau mudah lupa, jika kau terus istiqamah membacanya, maka kau akan merasakan perubahan dalam dirimu ke arah yang lebih baik, dzahir maupun batin.” sang kakek menasehati cucunya.
Keterangan : Diterjemahkan dan disadur dari cerita Berbahasa Arab
*) Kepala MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid
One Reply to “Antara Al-Qur’an dan Keranjang Sampah”