logo_mts192
0%
Loading ...

Always Be a Poet, Even In Prose (Memperingati Hari Puisi Internasional 2023)

Oleh: Aris Purnomo, S.Pd *)

Tema Hari Puisi Sedunia 2023 yang jatuh tiap Tanggal 21 Maret, yakni “Always be a poet, even in prose” artinya senantiasa menjadi penyair, meskipun hanya dalam bentuk prosa. Tema tersebut secara eksplisit mendorong manusia untuk mendukung keanekaragaman linguistik.

Keanekaragaman linguistik itu bukan untuk memecah persatuan yang ada akibat adanya bahasa pemersatu seperti Bahasa Indonesia maupun bahasa lainnya, akan tetapi melestarikan keanekaragaman linguistik bertujuan untuk mempelajari rahasia peradaban masa lampau yang belum terungkap, sehingga khazanah pengetahuan leluhur dapat menjadi kebijaksanaan untuk anak cucu di masa mendatang.

Puisi seperti yang kita ketahui merupakan ungkapan pikiran dan emosional atas segala fenomena realitas maupun imajiner. Manuskrip-manuskrip kuno di museum-museum besar dunia lebih banyak menggunakan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias, hal ini menandakan penulis masa lampau memilih bentuk puisi untuk menyampaikan gagasannya maupun kondisi saat itu.

Baca Juga

MUSIK INDONESIA KEREN (MEMPERINGATI HARI MUSIK NASIONAL 2023)

Misalnya saja, Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang terdiri dari 98 pupuh (puisi atau syair) berisi salah satu sumber sejarah terpenting adanya Kerajaan Majapahit ditulis pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (sekitar Tahun 1365 Masehi). Atau, William Shakespeare dari Eropa di masa renaisans dengan beberapa karya drama tragisnya dari buku yang berjudul “Mimpi Malam Pertengahan Musim Panas”, “Hamlet”, “Romeo & Juliet” maupun karya lainnya yang menampilkan tema pengkhianatan, kemunafikan, balas dendam, kemunduran ilmu pengetahuan akibat kekangan dogma agama, dan isu sosial lain.

Akan banyak sekali contoh karya sastra puisi yang menasbihkan puisi sebagai bentuk ekspresi dan berperan sebagai salah satu sarana untuk menyampaikan ide atau gagasan terhadap suatu hal atau peristiwa. Puisi terbukti mampu bertahan melintasi waktu, bahkan menjadi penghubung antara masa lalu, kini, dan masa depan.

Maka, sebagai manusia yang berkewajiban menjaga dan mengembangkan peradaban baik, tentu kita semua dari strata sosial apapun dapat menjadi penyair meskipun itu hanya prosa.

“Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, kusimpan kasihmu dalam dada // Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, segera saja bagai duri bakarlah aku // Meskipun aku diam tenang bagai ikan, tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan // Kau yang telah menutup rapat bibirku, tariklah misaiku ke dekat-Mu // Apakah maksud-Mu? Mana ku tahu? / Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu / Kukunyah lagi memamah kepedihan mengenang-Mu / Bagai unta memamah biak makanannya, dan bagai unta yang geram mulutku berbusa / Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, di hadirat kasih aku jelas nyata // Aku bagai benih di bawah tanah, aku menanti tanda musim semi / Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi”, kiranya puisi berjudul “Pernyataan Cinta” dari Jalaludin Rumi dapat membangkitkan gairah untuk berpuisi, yaitu memaknai hidup dan kehidupan dari kaca mata seni.

Selamat berpuisi, selamat memperingati Hari Puisi Sedunia.

*) Guru Bahasa Indonesia MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Share the Post:

Join Our Newsletter