Class Meeting Hari Ketiga: Membuat Taman Dan Berkunjung ke Museum Sejarah Nasional Indonesia Serta Monumen Nasional.

Sama seperti hari sebelumnya, class meeting diselenggarakan via virtual reality dengan pemanfaatan Teknologi AI (artificial intelligence/kecerdasan buatan) bertujuan agar siswa mampu beradaptasi dengan teknologi dan mampu memanfaatkannya (literasi digital).

Pollinator Pathmaker
https://pollinator.art/pathmaker

Pollinator Pathmaker adalah nama dari simulasi membuat taman yang ada di https://experiments.withgoogle.com/. Peserta lomba berasal dari tiap-tiap kelas ditugaskan untuk membuat taman dan menjelaskan secara detail apa saja yang ada di taman yang telah mereka ciptakan.

Waka Kurikulum Amang Philips Dayeng P, S.Sos yang juga Guru IPA mengatakan bahwa permainan ini menguji kemampuan siswa dalam berkolaborasi dan pengambilan keputusan serta pendalaman materi Mapel IPA terkait ekosistem tanah. Pasalnya, Pollinator Pathmaker ini cukup kompleks, mulai dari ukuran taman, jenis tanah, jenis tanaman, pendaran cahaya matahari semuanya menentukan. Pemenang ditentukan dari seberapa efektif mereka mengkombinasikan satu dengan lainnya dan seberapa mampu bertahan tanaman menghadapi pergantian musim maupun makhluk hidup seperti serangga dan hewan melata lainnya.

“Saya pikir, perlombaan membuat taman virtual ini bagus bagi siswa. Setiap elemen permainan yang mereka putuskan segera diproses oleh Teknologi AI. Sebagai madrasah yang bercita-cita menjadi madrasah sains, materi pelajaran yang dikemas dengan pemanfaatan teknologi seperti ini patut dicoba untuk tahun ajaran mendatang” pungkas Amang yang juga ditunjuk sebagai Ketua Panitia Akreditasi Madrasah.

Guru MIPA Zainal, M.Pd bertindak sebagai juri lomba mengomentari permainan ini, “secara tujuan sudah luar biasa, yaitu untuk melatih siswa agar berpikir secara kompleks dan mempertimbangkan hukum sebab-akibat. Namun, simulasi ini butuh kemampuan Bahasa Inggris di bidang IPA, inilah yang mempersulit anak-anak tadi, tapi sisi positifnya adalah Pak Amang memperkenalkan kosakata IPA dalam Bahasa Inggris”.

Berkunjung Ke Museum Sejarah Nasional Indonesia Dan Monumen Nasional

Melalui https://artsandculture.google.com/story/dAWRP1hr71QzLA yang ditanam Teknologi AI, siswa dapat mengetahui sejarah perjuangan rakyat Indonesia memerdekakan diri dari penjajahan. Biasanya siswa hanya dapat mengetahuinya melalui buku, dalam class meeting ini siswa secara virtual reality dijelaskan secara detail fase-fase perjuangan.

Yang menarik di Museum Sejarah Nasional Indonesia ini ditampilkan 51 diorama yang memperagakan perjuangan untuk merebut, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Menurut Fathur Rahman, S.Pd Guru Bahasa Arab yang mengikuti kegiatan virtual reality mengatakan, “saya awalnya penasaran bagaimana bisa anak-anak diajak jalan-jalan tapi mereka hanya berada di kelas, ternyata dengan bantuan teknologi kita mampu menelusuri banyak tempat tanpa perlu ke tempat tersebut. Ini sekarang kita ada di Jakarta di area Monas (Monumen Nasional)”.

Museum yang berada di basement tugu Monumen Nasional (Monas) ini dapat pula kita nikmati pelataran hingga puncak Monas melalui https://artsandculture.google.com/exhibit/a-virtual-tour-to-the-monumen-nasional/nAJy6dWh6ejpLg.

Salah seorang siswi mengungkapkan jika dirinya belum pernah ke Monas, tapi dengan adanya class meeting ini seolah-olah nyata berada di Monas. “Saat berada di Monas tadi rasanya seperti betulan ada disana. Bisa melihat Istiglal, masjid terbesar di Asia Tenggara dari puncak Monas rasanya senang sekali” ungkapnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *