Belajar dari Lily : Perjuangan Santri Meraih Prestasi – Cerpen

Oleh : Khoirin Nisa’ *)

Pagi yang cerah, menghirup udara yang segar di sekolah yang menenangkan hati. Terbayang-bayang suasana indah di masa kecil. Diiringi angin yang sangat sejuk. Santri pun mulai merasakan ketenangan dan kebahagiaan di waktu pagi. Bel pun berbunyi “Kriiiiing… ” saatnya memulai kegiatan dan aktivitas pesantren.

Kuucapkan salam saat masuk kelas “Assalamualaikum” ucapku. “Waalaikum salam ” jawab ustadzah.

Ustadzah pun mulai membaca Al-Qur’an. Teman-teman pun mengikuti bacaannya. Di saat pembacaan Al-Qur’an selesai, ustadzah memulai memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar pelajaran yang telah dikaji sebelumnya. “Adduh… Aku lupa menghafal” gumanku dalam hati. Ustadzah pun langsung mengulangi dan menjelaskan dengan rinci. Aku pun mulai hafal dan mengerti sedikit demi sedikit.

Jam menunjukkan jam 06.30 tak terasa 1 jam telah berada di kelas dengan teman-teman. Bell berbunyi “Kriinggg… ” Pertanda pelajaran selesai dan saat nya keluar kelas dan kembali ke asrama masing-masing.

Sesampainya di asrama, ku perbarui wudhu’ku. Doa setelah wudhu ku panjatkan seraya menengadah ke atas sembari memohon kepada Allah agar dosa-dosa terjatuh seiring jatuhnya air wudhu yang bening.

Kuambil mekunahku ku hadapkan wajahku kepada Allah dalam shalat Dhuha sebagai untaian doa untuk kedua orang tuaku semoga mereka senantiasa diberikan kesehatan dan kelapangan Rizki dalam membiayai pendidikan di pesantren. Sembari memohon kebetahan, kesabaran dan kesemangatan dalam menuntut ilmu di pesantren.

Jam menunjukkan pukul 07.00 wib. Ku langkahkan kaki untuk mengikuti belajar di madrasah diniyah. Para santri pun mulai membaca nadzam dengan kompak di masing-masing kelas. Namun di saat itu pula pandanganku tertuju kepada seorang yang tampak murung duduk sendirian di depan kelas. Yah santri itu ternyata teman kelas saya. Namanya Lilly. Santri yang sangat rajin dan cerdas, bersahaja dan disenangi banyak teman karena Budi pekertinya yang baik.

“Ada apa teman? Kok murung? Ada masalah kah?” tanyaku ke Lily

“Gak ada apa-apa. Saya baik-baik saja kok” jawab Lily sambil menampakkan senyum yang terpaksa.

“Jujur saja dech…! Kamu pasti sedang punya masalah. Tak biasanya kamu seperti ini. Ayolah sobat cerita kepadaku. Siapa tahu aku bisa membantumu.” paksaku ke Lily

“Bener aku gak punya masalah apa-apa kok” jawab Lily dengan suara lirih sembari memegang perutnya. “Ayolah Lily aku ini sahabat baikmu, sebangku dengan mu. Aku tak percaya apa yang kamu omongin tadi. Saya janji tidak akan cerita kepada siapapun, kalau mau cerita. Pliiisss dech” pintaku dengan nada mengemis.

Akhirnya Lily pun menceritakan apa yang dia alami. “Sebetulnya saya malu menceritakan hal ini kepada siapa pun. Tapi karena engkau teman baikku, akan ku ceritakan semuanya kepadamu” kata Lily.

“Saya lemas dan murung ini sebetulnya karena saya menahan rasa lapar. Sejak kemarin pagi saya belum makan sampai saat ini. Kiriman orang tuaku bulan ini tidak cukup untuk beli makan. Uang jatah makanku kugunakan untuk membeli obat waktu saya sakit kemarin.’

“Ya Allah Lily mengapa kamu tidak bilang saja pada orang tuamu kalau kamu tidak punya uang? Mengapa kamu juga tidak bercerita kepada ku?” tanyaku sambil keheranan.

“Pantang bagiku untuk meminta lebih dari apa yang diberikan kepada orang tuaku. Berapa pun yang diberikan oleh orang tua saya terima dengan ikhlaa. Saya tidak pernah bilang kurang. Aku malu meminta lebih kepada orang tuaku. Karena saya sadar orang tuaku hanya buruh tani dan kerja serabutan. Tapi saya tidak ingin mengecewakan mereka. Saya harus giat belajar, rajin ibadah dan selalu berupaya ber Akhlakul Karimah. Karena hanya dengan ini saya bisa membuat mereka bahagia.” Cerita Lily sambil meneteskan air mata.

Aku pun terenyuh dan hatiku menangis mendengar cerita teman baikku. Pikiranku jauh teringat akan kedua orang tuaku yang jauh di sana. Betapa besar dosaku kepada orang tuaku yang selalu merasa tidak cukup dengan kirimanku selama ini.

Ya Allah ya Rabb… Ampunilah dosa-dosa ku selama ini. Berikanlah kesempatan kepada ku untuk membahagiakan kedua orang tuaku.

*) Kelas VIII E MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *